Sekilas Biografi Habib Hasan Baharun (Pendiri Ma’had Darullughah Wadda’wah, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur)
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab, antara Lain :
-Beliau
sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan tinggi dan pondok
pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan pentingnya
Bahasa Arab.
-Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
-Menerima
dan mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren
Darullughah yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri
setiap ada rombongan kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
-Senantiasa
memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa
Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
-Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
-Mengawasi
guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya
apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan menggunakan
bahasa selainnya.
◉ Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa
bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan cita-cita besar beliau
yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam.
Karena beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal
yang bisa dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan
beliau berhalangan hadir beliau menitip surat kepada Ust Qosim Baharun
yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan dari
beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib,
Ulama, Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan satu wadah non
politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan
beliau berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan
pondok kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri
ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk
mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
Sifat-Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust. Hasan Baharun
Beberapa
sifat yang menonjol Ust. Hasan yang sudah sangat makruf di kalangan
santri, dan guru-guru, kalangan habaib dan masyarakat yang sering
berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang figur ulama sebagai
pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat sikap dan
perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar kita lebih
jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh sebagian
peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan
sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi
santri-santrinya adalah sebagai berikut :
◉ Sabar
Adapun
salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau adalah sifat sabar.
Kesabaran Ust Hasan sangat dikenal oleh semua kalangan baik santri,
dewan guru, pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau, Sifat
kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita yang
dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein Baharun:
“Hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia tidak salah
tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang tidak
pernah membalas dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan
sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan
fitnahan tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb. Ahmad Baharun pada
waktu Ust. Hasan menghadap ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan
baik dalam membina dan membimbing santri serta menghadapi kenakalan
santri dan orang-orang yang mengganggu pondok.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu
kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada
beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk
menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok
namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan
oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
◉ Istiqomah
Sifat
Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan salah satu tanda dari
sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau sehari-hari karena
beliau bangun setiap pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan
membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul tiga malam bahkan untuk
menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang menjaga malam di
pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di pos jaga
tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib
membangunkan Ust. Hasan tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih
atau kurang ).
Suatu
ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di
Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di
salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan
tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk
menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H.
Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri
yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan
tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi
tahu ke pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk
membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau
dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
◉ Tawakkal
Abuya
Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa sebagai suatu
gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika beliau
mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga
pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar
lima juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab
mengungkapkan rencana tersebut barangkali bisa membantu, namun orang
tersebut justru bertanya dengan nada terheran-heran: “Ya Ustadz,
bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan
sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!” Kemudian
apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain
khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?” Sebuah
umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan
kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali
mengukur dengan kemampuan kita, apabila kitamengukur dengan kemampuan
kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan
kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka
kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat
memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah
diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan
beliau.
Bahkan
apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang
tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya
rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka
apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar
pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan
masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin
membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut
tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut
tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut
beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah
SWT. dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta
berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai
dengan banyak berdo’a.” Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir
dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.