Sekilas Biografi Habib Hasan Baharun (Pendiri Ma’had Darullughah Wadda’wah, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur)
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Pada
tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari
satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh
lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua
itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan
bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam
terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat
sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di
setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa
bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai
setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah
tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang
terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan
mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang
yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat.
Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu
menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya
diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang
yang tidak mampu membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian
memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik
dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil
potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila
mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu
tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain
berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU
(Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di
dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan
ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi
besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan
pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari
tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas
permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan
disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena
kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak
untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur.
Pada
tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang
mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu
terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
◉ Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya
Ma’had
ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah
kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn
mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri
berkembang dengan pesat.
Selain
membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri
yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada
tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah
kontrakan.
Atas
petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi
Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah
Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan
Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren
Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita
sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta
ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib
Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad
Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan
kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa
memberikan semangat bagi sang suami. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya
ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk
pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang
berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung
kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada
tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau
berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan oleh
putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada
tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang
berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang
sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I
dan II ibtida’iyah.
◉ Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam
mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan
putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau
disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk
santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket
menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan
apabila ketahuan ada santri memberi hadiah – uang atau membantu /
menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu
tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan
pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan,
kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau
alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi
ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk
mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada
putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok
apabila tidak turut serta membantu pondok.
◉ Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara
singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep
pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta
realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan
pondok pesantren antara lain.
–
Apabila seorang kyai sudah mendirikan pondok maka dia harus rela
meninggalkan semua aktifitas dan hobinya yang ada diluar pondok yang
dapat mengganggu konsentrasinya dalam membina santrinya. Beliau
mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren sebagai induk ayam yang
sedang mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan sarangnya
kemungkinan besar telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur tersebut
akan busuk.
–
Untuk mendirikan pondok pesantren harus dijiwai dengan ikhlas dan
guru-guru yang akan mengajar harus diseleksi tingkat keikhlasannya,
sehingga tidak akan menularkan kepada santrinya ilmu yang tidak ikhlas
dan seterusnya. “Dan apabila diniati dengan hati yang ikhlas maka pondok
pesantren tidak usah khawatir akan datangnya murid sebab Allah akan
memproklamasikan/ mengumumkan kepada para malaikat untuk menanamkan
kemantapan pada kaum muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika ditanya
sistem promosi apa yang dipakai pondok sehingga sangat cepat
perkembangan santrinya dan berasal dari berbagai propinsi bahkan dari
beberapa negara tetangga.
– Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari beliau adalah :
–Putra
para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai pondok pesantren
dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas ditunggu
oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa menjadi
penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren. – Putra-putra daerah
yang disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti
bisa pulang kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam dan merintis
lembaga pendidikan/majlis ta’lim. Putra aghniya, yang dengan masuknya
putra mereka di pondok dengan beberapa pertimbangan diantaranya
diharapkan perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar dan
sebagai wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan
harta mereka serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang
tidak mampu. Putra-putri dari orang-orang yang pernah berjasa dalam
perintisan pondok.