Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama Abuya
Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan luwes dalam menjalin
hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan
memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini terlihat bahwa beliau
mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan dakwah
Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan
pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU
maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi
di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau
pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan
betapa kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini
sangat wajar karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau
meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai
pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun
hubungan beliau dengan ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama
besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
◉ Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan
Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula
sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan
dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok
pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan
kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap
kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya.
Bahkan Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri
Abuya Sayyid Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah. Dengan
pandangan hati Abuya memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok
pesantren serta setelah perkembangan pondok cukup pesat beliau pula
yang menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar
pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang)
dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci. Selanjutnya Abuya
Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau dan sekaligus
untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh Sayyid
Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para
aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut
penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila beliau ke Makkah
beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid Muhammad dan
mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping Al-Habib
Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun demikian Abuya Sayyid Muhammad
memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau
diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon untuk memudahkan
urusan.
Dan
untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim
putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk
belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid
Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di
Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff,
Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad,
Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin,
Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian pula Abuya Sayyid
Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain
para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo,
Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk
mengajar di Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan
mengawasi perkembangannya.
◉ Hubungan dengan Ulama Hadromaut
Hubungan
Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau
berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat
tradisi salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau tertarik
untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang
dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan
dengan para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan beliau
bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai
sekarang.
◉ Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan
Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi karena urusan lembaga
pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa
keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi
pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah
dalam kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta
perjuangan bukan termotivasi atas kepentingan pribadi.
Beliau
mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat,
berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau
tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau
namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata
dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI
sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya
kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta
acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat
acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya
Ust. Hasan”.
Sebuah
contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka
senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada
permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan
kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya
dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat
taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh
anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan.
Beliau
dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan
pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan
kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau
mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum
muslimin.
◉ Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela
kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun sangat perhatian dengan
masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat, apabila ada waktu
beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun hanya
sebentar dan beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama dua
puluh empat jam bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui
beliau di kantor pondok karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam
sampai pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani kepentingan santri,
wali murid dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap hari dan setiap
saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang
untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan
biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan
sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin
disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh
beliau.
Perhatian Ust. Hasan Baharun terhadap Pengembangan dan Penyebaran Bahasa Arab
Ust.
Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap
pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak
mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus
Bahasa Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab,
Kalimatul Asma’ Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40
Kaidah-kaidah Nahwu (Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau mewajibkan
seluruh santri dan para guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa Arab.